Rabu, 05 September 2012

kerajaan yang jatu dari tangan ke tangan

kerajaan yang jatu dari tangan ke tangan
 
Seorang raja bernama Menes kemudian mempersatukan kedua kerajaan itu sehingga terbentuklah kerajaan Mesir. Kerajaan besar ini dipimpin oleh seorang penguasa mutlak yang diberi gelar Firaun. Salah satu dari Firaun itulah yang terdapat dalam kisah Nabi Musa.

Terdapat tiga fase kekuasaan di Mesir, yaitu fase kerajaan Mesir Tua, Mesir Tengah, dan Mesir Baru. Pada masa kerajaan Mesir Tua, banyak dibangun piramida sehingga disebut juga masa piramida.

Namun, masa ini kemudian harus berakhir sekitar 2500 SM karena adanya serangan dari Asia kecil ke Mesir. Setelah kekacauan itu, kerajaan Mesir kembali terpecah-pecah. Namun, muncul Sesptrs III yang berhasil menyatukan Mesir dan membentuk kerajaan Mesir Tengah.

Raja ini berhasil membangun Mesir dan peradabannya dengan memajukan perekonomian Mesir. Bahkan, dia berhasil meluaskan wilayahnya hingga Eithopia yang saat itu dikenal dengan nama Nubia. Sayangnya, kerajaan Mesir Tengah harus hancur oleh serbuan bangsa Hyksos sehingga kerajaan ini pun kembali hancur.

Bangsa Mesir kembali bangkit dan salah satu pemimpinnya yang bernama Ahmosis I berhasil mengusir bangsa Hyksos. Fase ini pun disebut zaman imperium.



_________ 
Hyksos adalah sebuah nama yang diberikan oleh bangsa Mesir terhadap para pengembala keturunan suku amaliqah yang menetap di sebelah timur delta sungai Nil, Mesir. Istilah “hyksos” pertama kali diperkenalkan oleh Manetho (seorang pendeta dan ahli sejarah Mesir).maka hyksos memiliki arti raja pengembala. Sebutan (nama) yang diperoleh kaum Hyksos adalah karena kaum tersebut berhasil menduduki dan menguasai Mesir tanpa pertempuran meskipun dengan latar belakang pengembala. Bagi bangsa mesir, masa kekuasaan kaum Hyksos adalah kecelakaan sejarah. Memang ironi, Bangsa mesir yang kuat serta memiliki pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi, dapat ditaklukan oleh kaum Hyksos yang merupakan pendatang di wilayah kekuasaan Mesir. Oleh karena hal itu, bangsa Mesir sendiri berupaya untuk menghilangkan jejak sejarah kaum Hyksos dengan mengusirnya hingga ke palestina dan kemudian memusnahkannya. 
 
 
Pada masa ini, Mesir berhasil meluaskan kembali wilayahnya sampai ke Asia Barat. Bahkan, Mesir mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Thutmosis III yang berhasil menguasai pulau Kreta dan Sicilia.

Sayangnya, Mesir mengalami kemunduran pada masa Ramses II hingga akhirnya Mesir dikalahkan dan takluk oleh Assyiria dan menjadi bagian dari kekuasaan imperium Persia.

Lalu, Mesir kembali jatuh ke tangan Alexander the Great setelah dia berhasil mengalahkan Persia. Selanjutnya, Mesir pun dipimpin oleh keturunan dari Alexander the Great hingga akhirnya Mesir berada dalam kekuasaan imperium Romawi.
 
 Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Romawi pada tahun 30 SM setelah Oktavianus berhasil mengalahkan Mark Antony dan Ratu Cleopatra VII dalam Pertempuran Actium. Romawi sangat memerlukan gandum dari Mesir, dan legiun Romawi, di bawah kekuasaan praefectus yang ditunjuk oleh kaisar, memadamkan pemberontakan, memungut pajak yang besar, serta mencegah serangan bandit.

Meskipun Romawi berlaku lebih kasar daripada Yunani, beberapa tradisi, seperti mumifikasi dan pemujaan dewa-dewa, tetap berlanjut. Seni potret mumi berkembang, dan beberapa kaisar Romawi menggambarkan diri mereka sebagai firaun (meskipun tidak sejauh penguasa-penguasa dinasti Ptolemeus). Pemerintahan lokal diurus dengan gaya Romawi dan tertutup dari gaya Mesir asli.

Pada pertengahan abad pertama, Kekristenan mulai mengakar di Iskandariyah. Agama tersebut dipandang sebagai kultus lain yang akan diterima. Akan tetapi, Kekristenan pada akhirnya dianggap sebagai agama yang ingin menggantikan paganisme dan mengancam tradisi agama lokal, sehingga muncul penyerangan terhadap orang-orang Kristen. Penyerangan terhadap orang Kristen memuncak pada masa pembersihan Diokletianus yang dimulai tahun 303. Akan tetapi, Kristen berhasil menang. Pada tahun 391, kaisar Kristen Theodosius memperkenalkan undang-undang yang melarang ritus-ritus pagan dan menutup kuil-kuil. Iskandariyah menjadi latar kerusuhan anti-pagan yang besar. Akibatnya, budaya pagan Mesir terus mengalami kejatuhan. Meskipun penduduk asli masih mampu menuturkan bahasa mereka, kemampuan untuk membaca hieroglif terus berkurang karena melemahnya peran pendeta kuil Mesir. Sementara itu, kuil-kuil dialihfungsikan menjadi gereja, atau ditinggalkan begitu saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar